Rabu, 13 April 2016

LISTRIK PADAM, PERSIAPAN UN TAK OPTIMAL

Krisis listrik di Pulau Nias sejak 1 April yang lalu, mengganggu persiapan para siswa menghadapi Ujian Nasional (UN). -Ilustrasi gambar: Harian Analisa/ Selasa, 12 April 2016

Oleh : Beniharmoni Harefa

Tepat pukul 00.00 Wib, Jumat 1 April 2016 yang lalu, sebagian besar wilayah di Pulau Nias, gelap gulita. Aliran listrik ke rumah-rumah warga, diputus oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Padahal, mulai 4 April 2016, ujian nasional (UN) bagi siswa-siswi SMA/SMK sederajat, dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia, termasuk di Pulau Nias. Hingga UN berakhir pada 7 April, pemadaman listrik pun tak kunjung usai.

Miris memang, namun itulah fakta. Kita tahu bersama, setiap ujian (apalagi UN) bukan tanpa persiapan. Lalu bagaimana persiapan siswa optimal, jika peneranganpun tak ada. Siapa yang harus disalahkan bila keadaan seperti ini. Siswa-siswi yang hendak menghadapi UN, terpaksa belajar di bawah penerangan lilin, atau alat penerangan lainnya, tanpa lampu PLN sebagaimana biasanya.

Masalah Internal PLN

Tak lama berselang, setelah lampu padam, penjelasan dari pihak PLNpun datang. PLN berdalih, ada masalah internal, hingga berdampak pada pemutusan aliran listrik ke rumah warga. Kontrak kerja dengan salah satu rekanan PLN, yaitu American Power Rental (APR), berakhir pada 25 Maret 2016 yang lalu.

Memang sudah ada pembicaraan untuk memperpanjang kontrak, dan kedua pihak bersepakat. Namun pada 1 April 2016 yang lalu, tepatnya pada pukul 00.00 Wib, APR mematikan mesin miliknya yang berada di Nias. Hal ini berarti, pihak APR tidak mau memperpanjang kontrak kerja dengan PLN. Versi PLN, tindakan sepihak APR inilah, sebagai pemicu padamnya listrik di Pulau Nias.

Penjelasan sederhana ini, dapat diterima secara sederhana pula, oleh kaum awam. Namun apakah permasalahan listrik di Pulau Nias, sesederhana penjelasan itu, entahlah. Hanya antara mereka (PLN dan pemangku kepentingan di Pulau Nias) dan Tuhan saja, yang tahu. Nalar sederhana seorang awampun dapat berpikir, seharusnya sebelum kontrak berakhir, sudah ada upaya antisipatif agar listrik tak padam.

Namun, apapun alasannya, UN tetap berjalan bagi siswa-siswi yang duduk di kelas XII SMA/SMK sederajat. Para siswa tetap berjuang menghadapi ujian nasional, secara serentak di seluruh Indonesia, termasuk siswa di Pulau Nias. Siswa-siswi tidak tahu menahu alasan dan masalah internal yang terjadi di tubuh penyedia layanan listrik tersebut. Siswa-siswi hanya fokus dan bersiap menghadapi UN, walau tidak dimungkiri, padamnya listrik tersebut, sangat berpengaruh pada persiapan ujian mereka.

Persiapan Tak Optimal

Tidak hanya ketiadaan penerangan saja, namun padamnya listrik di Pulau Nias sejak 1 April lalu, berpengaruh pada pasokan air bersih. Air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Umbu, mengalami gangguan, sejak listrik padam. Masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih untuk minum, mandi dan keperluan lainnya. Sehingga semakin menambah gangguan persiapan siswa, jelang UN.

Bila dicermati, gangguan tersebut sangat berdampak terhadap persiapan siswa, jelang UN. Dampak itu baik secara fisik, psikis dan sosial. Dampak secara fisik, akibat pemadaman listrik, para siswa mempunyai tugas di luar jam biasa, misalnya mendapat tugas dari orangtua untuk mengangkut air, atau hal lain di luar program sehari-hari. Sehingga mengakibatkan keletihan fisik dan kesehatan terganggu.

Dampak kedua, yaitu terhadap psikis. Padamnya listrik membuat siswa frustrasi. Seharusnya mempersiapkan diri menghadapi UN, membutuhkan pikiran tenang, namun ketiadaan aliran listrik, dapat mengganggu psikis siswa. Hal tersebut membuat para siswa berpotensi tidak percaya diri, menghadapi UN.

Dampak ketiga, yaitu sosial. Pasca listrik padam, lingkungan pun terganggu, sulitnya penerangan dan air bersih, membuat siswa tidak dapat belajar tenang dan nyaman. Berbagai gangguan tersebut akan menimbulkan emosi negatif, sehingga membuat siswa tidak optimal dalam menghadapi ujian. Persiapan yang tidak optimal itu, membuat siswa berpotensi gagal menghadapi UN.

Pemangku Kepentingan Harus Bijaksana

Kendati sejak 2015, UN tidak menjadi syarat kelulusan. Namun hasil UN, dijadikan bahan pemetaan pendidikan. Pemerintah tetap menetapkan nilai standar kelulusan yaitu 5,5. Bagi siswa yang meraih nilai di bawah standar, harus mengambil ujian ulang untuk memperoleh nilai standar. Sebab hasil UN tersebut, masih akan dipertimbangkan Perguruan Tinggi sebagai syarat penerimaan mahasiswa baru.

Memang benar, UN bukan menjadi tolok ukur segalanya, bahkan bukan hanya saat UN setiap siswa mempersiapkan diri. Namun apapun itu, jelang menghadapi sesuatu setiap orang membutuhkan persiapan. Profesi seprofesional apapun, tetap membutuhkan persiapan jelang menghadapi sesuatu. Ketidaknyamanan saat mempersiapkan diri, akan berdampak negatif pada hasil yang dicapai. Kiranya hasil UN 2016 tidak menghalangi siswa-siswi, khususnya dari Pulau Nias, sebagai pemakluman kekurang persiapan akibat listrik padam.

Maka, pertama, diharapkan kebijaksanaan dari seluruh pemangku kepentingan. Mulai dari PLN, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat bahkan Perguruan Tinggi. Mengingat persiapan tak optimal, kiranya ada pertimbangan yang amat arif dan bijaksana, terhadap siswa-siswi yang melaksanakan ujian dari Pulau Nias. Pertimbangan tersebut misalnya jika terdapat siswa yang seharusnya diterima di Perguruan Tinggi Negeri, kiranya nilai UN tidak menjadi penghalang, apabila siswa tersebut dianggap mampu dan layak diterima, tentunya sesuai prosedur.

Kedua, agar kekurangpersiapan siswa jelang UN tidak terulang kembali, kiranya krisis listrik di Pulau Nias dapat segera dituntaskan. Mengingat ke depan, akan dilaksanakan UN di tingkat SMP/sederajat dan SD/sederajat. Tingkat SMP/sederajat, dijadwalkan pada 9-12 Mei 2016 dan tingkat SD/sederajat dijadwalkan pada 16-18 Mei 2016.

Memang sejauh ini, PLN telah berupaya untuk mengatasi krisis listrik di pulau Nias, misalnya dengan mendatangkan generator set (genset) listrik, dari luar pulau Nias dan upaya lainnya. Namun, diharapkan ada penyelesaian masalah yang benar-benar tuntas, demi memperlancar kehidupan keseharian masyarakat.

Pemadaman listrik berkepanjangan, sangat mengganggu seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk perihal pendidikan para siswa. Sebagai generasi penerus dan harapan masa depan, aspek pendidikan siswa sangat menentukan. Maka guna menunjang hal itu, diperlukan kerjasama berbagai pihak, salah satunya dengan menjamin ketersediaan listrik, utamanya jelang UN.

Penulis : Aktifis Perlindungan Anak di Pulau Nias

0 komentar:

Posting Komentar